Jumat, 13 November 2009

VALENTINE’S DAY DALAM PANDANGAN ISLAM

Dewasa ini masyarakat kita tengah menghadapi invasi kultural berskala global dan dampaknya amat dahsyat. Invasi tersebut dapat berupa invasi pemikiran di bidang ideologi, budaya, politik maupun sosial ekonomi. Mode, west lifestyle (gaya hidup barat), free sex, pornografi dan lain-lain yang semuanya adalah sejumlah “budaya import” yang amat masih dipaksakan di masyarakat muslim. Salah satu invasi kultural yang kini marak dimasyarakatkan adalah budaya memperingati Valentine’s day. Biasanya Valentine’s day dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Tulisan ini mencoba memaparkan ikhwal sejarah Valentine’s day dan bagaimanakah seharusnya seorang muslim menyikapinya.


Ada suatu budaya baru yang kini nge-trend di masyarakat kita. Yaitu budaya memperingati hari Valentine yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Valentine’s day sering disebut sebagai hari kasih sayang. Biasanya ditandai dengan pemberian kado bunga, coklat, gula-gula, snack dan lainnya diiringi dengan ucapan “Happy Valentine’s day.” Di sebagian kalangan remaja, budaya ini marak dilakukan baik kepada teman maupun pacar. Mereka memanfaatkan hari Valentine untuk mengungkapkan kasih sayang mereka dan pasangan mereka yang berakhir dengan perbuatan mesum yang sangat dilarang agama. Hotel-hotel dan klub-klub malam juga menyelenggarakan acara-acara yang bertema valentine’s day, dengan beragam paket hura-hura dan pesta pora. Tentu ini tidak lepas dari keuntungan bisnis yang bakal diraupnya, di samping memasyarakatkan budaya Valentine’s day.

Sayangnya, akhir-akhir ini Valentine’s day juga dirayakan oleh remaja Muslim, meski budaya tersebut sebenarnya asing dan tidak ada sandarannya dalam sejarah Islam.

Secara historis, perayaan Valentine’s day tak lepas dari sosok seorang pendeta Nashrani bernama Santo Valentine. Pendeta Santo Valentine adalah seorang pendeta Romawi yang hidup pada abad ketiga. Pada masa itu, Imperium Roma diperintah oleh seorang kaisar bernama Claudius II. Kaisar Romawi ini berpendapat bahwa pria yang masih lajang lebih pantas menjadi tentara negara dari pada menghabiskan masa mudanya dengan istri dan keluarganya. Selanjutnya ia mengeluarkan peraturan kerajaan tentang larangan menikah muda bagi warganya. Peraturan yang tak manusiawi ini mendapatkan tantangan keras dari berbagai elemen masyarakat. Salah satu yang amat gigih menentang maklumat ini adalah Pendeta Valentine. Ia sangat tidak setuju dengan peraturan itu karena peraturan tersebut tidak sesuai dengan fitrah manusia. Disisi lain, pendeta Valentine menikahkan pasangan muda-mudi secara diam-diam. Ia telah banyak menikahkan pasangan muda-mudi tanpa sepengetahuan kerajaan. Lambat laun, perbuatan ‘illegal’ Pendeta Valentine diketahui oleh Kaisar.

Akhirnya, Kaisar memerintahkan untuk menangkap Pendeta Valentine dan memberikan hukuman mati kepada Pendeta Valentine karena dianggap melanggar peraturan kerajaan. Selanjutnya Pendeta Valentine dipenjara sambil menunggu masa eksekusi hukuman mati.

Selama masa tahanan, Pendeta Valentine senantiasa bersikap gembira, riang dan ketika itu banyak remaja yang mengunjunginya. Para pemuda itu sangat mengagumi Pendeta Valentine. Mereka membawakan bunga untuk Pendeta Valentine sebagai tanda cinta mereka. Salah satu remaja putri yang sering mengunjunginya adalah putri sipir. Akhirnya mereka menjadi sahabat sejati dalam penjara. Mereka mengobrol berlama-lama dalam penjara dan mengeluarkan curahan hati mereka yang paling dalam. Pada gadis yang biasa mengunjunginya, dan sebagai ucapan terima kasih atas persahabatan dan kesetiaannya selama ini, maka Pendeta Valentine menandatangani surat tersebut dengan ungkapan “Love from Your Valentine” . Ia wafat pada tanggal 14 Februari tahun 269 Masehi. Hari kematian Pendeta Valentine inilah yang kemudian diperingati setiap tahun, untuk mengingatkan makna pentingnya cinta, kesetiaan dan persahabatan. Inilah ikhwal sejarah hari kasih sayang atau Valentine’s day.

Terkait dengan invasi kultural, baik berupa Valentine’s day, west lifestyle atau yang lainnya, setidaknya ada tiga sikap perilaku yang berlangsung di masyarakat Muslim:
Pertama, menerima segala apa yang berasal dari barat, baik atau buruk, karena ini merupakan simbol kemajuan masyarakat modern. Kedua, menolak segala apa yang berasal dari barat, baik atau buruk, karena ini merupakan simbol kekacau-balauan masyarakat Islam di zaman modern ini. Ketiga, menyeleksi segala apa yang berasal dari barat karena ini merupakan interaksi peradaban yang tak mungkin dielakkan dalam pergaulan masyarakat internasional di zaman modern ini. Peradaban yang baik dari barat yang sesuai dengan nilai-nilai universal Islam, seperti kemajuan Iptek, riset, pengembangan sains dan lain-lain, mereka kembangkan di masyarakat Islam sesuai dengan norma-norma, nilai dan etika yang diajarkan Islam. Adapun peradaban barat yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai universal Islam, seperti free sex, pergaulan bebas, dansa-dansi laki-laki dan perempuan, minuman beralkohol, prostitusi, mode pakaian ketat dan lain-lain, mereka tinggalkan. Sebab inilah sumber penyakit sosial di masyarakat Muslim. Ketiga sikap ii mencerminkan perilaku peradaban yang beragam di masyarakat Muslim.
Sikap pertama mencerminkan perilaku Muslim yang kalah dalam peperangan peradaban ini, sehingga ia bersikap membeo terhadap segala yang dititahkan oleh desainer-desainer peradaban barat. Akibatnya umat Islam akan terkagum-kagum dengan peradaban barat dan pada akhirnya menganggap kuno budaya umat Islam dan meninggalkan warisan Islam yang agung ini.

Sikap kedua mencerminkan muslim yang tidak siap menghadapi segala perubahan budaya yang tak mungkin dielakkan. Akibtnya ia terisolasi di tengah pergaulan internasional dan ia tetap berada dalam kehidupan ‘tradisional’ di tengah kemodernan zaman.

Sikap ketiga mencerminkan muslim yang siap berinteraksi dengan masyarakat internasional tanpa kehilangan jati dirinya sebagai muslim. Inilah sikap muslim yang siap mengadakan ‘hiwar hadhari’ (dialog peradaban). Untuk pengembangan diri yang baik, ia siap berubah seiring dengan perubahan zaman, namun ia juga menolak tegas hal-hal yang memang dilarang dalam agama. Dengan kata lain ia siap membela nilai-nilai Islam di tengah-tengah peradaban global.

Terkait dengan Valentine’s day, kita harus menyadari betul bahwa sejarah Valentine tak lepas dari sejarah seorang Santo. Dalam kepercayaan Nashrani, Santo adalah seorang yang dianggap suci di kalangan agama Katholik. Jadi secara historis, ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang bukan dari Islam. Dalam hal ini, Al-Qur’an dan As-Sunnah telah memberikan rambu-rambunya. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (QS.Ali Imran 3 : 149)

Dalam hal ini, orang-orang non Muslim berusaha menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Rasulullaah SAW juga telah melarang umat Islam mengikuti perayaan hari besar yang dianut agama lain. Selain aspek historis yang mengharuskan umat Islam tidak boleh latah mengikuti budaya Valentine’s day, aspek lain yang tidak kalah penting adalah prosesi Valentine’s day yang berseberangan dengan nilai-nilai dan hukum-hukum Islam. Seperti ungkapan kasih sayang yang bukan kepada muhrimnya, dansa-dansi, pencampuran laki-laki dan perempuan tanpa norma-norma agama, aktivitas-aktivitas dalam Valentine’s day yang mengarah pada perbuatan mesum, misalnya berciuman, berpelukan dan lain-lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam sudut pandang Islam, Valentine’s day, selain tidak punya sandaran tradisi Islami, juga banyak acara Valentine’s day yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan kata lain, dalam pandangan Islam, Valentine’s day adalah budaya non-Islam yang wajib dijauhi oleh remaja Islam.

Jadi seperti telah dijelaskan, bahwa Valentine’s day merupakan budaya non-Islam yang kini dikembangkan secara masif di masyarakat Islam. Karena itu umat Islam hendaknya mewaspadai budaya jahiliyyah ini. Sebab dengan meluasnya budaya Valentine’s day yang sebenarnya merupakan peradaban ‘import’ di masyarakat kita, dikhawatirkan akan dapat merusak moral generasi Islam hingga terjadi dekadensi moral di masyarakat Muslim. Untuk itu para orang tua Muslim dan seluruh elemen masyarakat hendaknya terus berusaha membendung budaya jahiliyah ini agar tidak menjalar di masyarakat Muslim. Sebagai Muslim yang baik kita sekali lagi harus mampu memilah dan memilih budaya-budaya asing yang secara tak terelakkan masuk di masyarakat kita. Valentine’s day merupakan budaya asing yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai universal Islam dan dapat merusak moral dan akhlaq generasi Islam kini maupun yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link Sahabat

Related Posts with Thumbnails